Kamis, 25 November 2010

Embun Bening di Jalan Dakwah



Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Ketika raga mulai terguncang akan sebuah keletihan, menuntut untuk sejenak
mengendurkan sendi-sendi tubuh. Yang ada adalah gumpalan semangat untuk terus
menerus bekerja-dan mengahsilkan sebuah karya yang dapat aku andalkan ketika aku
menghadap Tuhan ku.
Aku kini merasuk ke dalam sebuah perenungan yang cukup mendalam, karena terkadang
aku ingin menyumbang kan sebuah kerja-kerja yang nyata tidak hanya perkataan yang
efektif.



Namun lebih dari itu ketika raga memanggil untuk berbagi keinginan untuk menammbah
amalan-amalan yuang akan menambah akun-akun amal ku dan mengurang beban dosaku.
Terkadang aku hanya ingin berbagai dalam sebuah kerinduan yang terjadi malah lebih
dari itu aku tak ingin melihat engkau mennagis tersendu karena kau tertinggal kereta.
Berlarilah karena sipa tahu itu hanya mimpi.
HAmbatan hanyalah sebuah batu untuk melejitkan potensi kita untuk meng-upgrade
kemampuan kita di atas rata-rata orang kebanyakan
Lalu siapakah yang akan menjadi andalan bangsa ketika jiwa-jiwa mudanya sedang
dilanda kasmaran yang melenakan
Namun haruskah aku berteriak hingga memekakkan telingamu yang mulai tuli dari
panggilan akan karunia Ilahi robbi
Jangan samapui amalan ini akan habis karena Kebaikan itu harus diburu
Ketika amalan menjadi sebuah parameter sampai dimana kah kamu mau memaksimalkna
potensi diri.
Bukankah yang ada engkau hanya ingin mengeluh, nggak ada inilah nggak ada itulah
Lalu kenapa raga harus menunjukkan jati dirinya sendiri,
Padahal itu telah dibungkus dengan pakainan duniawi yang amat menipu
Lalu haruskah aku panggilkan algojo untuk segera mengeksekusi dirimu karena engkau
masih terlarut dalam kesalahan dirimu sendiri padahal engkau tahu itu adalah salah
Maka bangkitlah wahai kawanku semuanya hingga semua terpanggil akan menyusun
barisan yang sangat rapi dan kokoh
Adakah yang ingin menghancurkan bangunan yang telah lama disusun rapi ini.
Lalu haruskah aku tinggal disini sedangkan engkau sedang menikmati manisnya madu
kehidupa diujung sana.
Tidak, sobat aku kan berlomba dengan mu terutama dalam perolehan amal yang sangat
menggiurkan hati untuk segera merebut dan menyikt habisnya.
Lalu kira-kira energi ini akankah sempat habis padahal tujuan masih terjauh
terbentang…..
Sepotong Cinta untuk Sahabat
Adakalanya dengan ketakutan dan kebingungan kita memutuskan tidak akan
pernah percaya dan mencintai siapapun lagi. Kitapun merasakan senang jika ada
seseorang yang selalu disisi kita saat sedih maupun saat senang. Seseorang yang
selalu membantu kita tanpa mengharap apapun selain senyuman kita, yang mengerti,
yang memahami dan menerima kita apa adanya. Beberapa dari kita menyebutnya
sahabat perjalanan hidup. Sebagian lebih sederhana mengatakan teman seperjuangan.
Bagi yang romantis menyatakan kekasih hati. Teruntuk yang telah menikah mengakui
bahwa Tuhan menciptakannya agar kita tidak merasa kesepian.
Sejauh mana beda dari semua itu? Kenapa bersahabat? Benarkah hidup terlalu
keras untuk dijalani seorang diri? Atau karena kita ingin menumpahkan rasa sayang
dan cinta yang ada dalam hati? Mungkinkah karena kita memiliki sesuatu yang
sejalan hingga kita menyamakan orang lain dengan apa yang kita rasakan? Sungguh!
Betapa sulit mencari sahabat diwaktu kita tengah kesusahan Dan benarlah betapa
mudah mengajak seseorang untuk bergabung dalam kegembiraan kita.
Manusia emang makhluk rumit. Dan suka aneh sendiri. Hal-hal yang pingin
kita omongin, atau yang harus kita bilang, justru malah nggak pernah kita ungkap.
Parahnya lagi, kita terbiasa pake simbol-simbol atau kata-kata lain buat nunjukin arti
sebenernya. Walhasil, seringnya maksud kita itu jadi nggak terkomunikasikan dan
bikin sahabat kita ngerasa bete, nggak disayang, nggak dihargai. Yang kerap terjadi,
kita jarang mendengarkan orang lain. Kita mendengar kata-kata, tapi kita nggak
mempertimbangkan ekspresi atau tindakan-tindakan yang mengiringi kata-kata itu.
Sering juga kita cuma bisa mendengar hal-hal negatif-penolakan, kesalahpahamandan
mengabaikan cinta yang menjadi dasarnya.
Bukanlah kehadiran atau ketidakhadiran yang penting; kita nggak perlu
merasa kesepian meski kita sedang sendiri. Sendiri itu perlu, lho. Dan itu jangan
sampe membuat kita jadi kesepian. Yang jadi masalah bukan berada bersama
seseorang, tetapi berada untuk seseorang. Jangan pernah ragu nyatakan cinta. Jujurlah
dengan apa yang kita rasa dan katakan. Nggak ada ruginya mengekspresikan diri.
Ambil kesempatan untuk mengungkapkan pada seseorang betapa pentingnya
dia buat kita. Lakukan, buat perubahan, hindari penyesalan. Sedalam kelemahan kita
harusnya kita lebih sering berkata "maaf" dibanding "aku' jika kita memang
manganggapnya sahabat. Setinggi keinginan kita harusnya kita lebih berbahagia
berkata "aku tidak mau merepotkanmu" dibanding "mengertilah diriku" jika kita telah
mengerti bahwa dia sahabat kita Bertahanlah, karena sahabatmu adalah semua yang
pernah hadir dalam hatimu. Berterimakasihlah, sahabatmu adalah semua yang telah
membentukmu hingga kamu menjadi seperti sekarang ini. Bersiaplah, karena kamu
akan masih kehilangan banyak sahabat untuk menemukan sahabat-sahabat baru
sepanjang perjalanan hidupmu. Love you always my lovely friends….

    Tidak ada komentar: